Wednesday, April 18, 2012
Dua bentuk jihad.
Sunday, March 18, 2012
Surah Al- Kahf
Bismillahirrahmanirrahim...
Ketika Nabi Musa a.s diatas perintah Allah berkhutbah dihadapan 12 suku Bani Israil sebagaimana tertulis dalam Qur'an, "
Wahai Bani Israil, ingatlah kamu semua akan nikmat-nikmat Allah yang telah Allah nikmatkan atas kamu semua? Dan Kami melebihkan atas kamu kelebihan dari umat-umat yang lain." (Al baqarah ayat 47)
Ditengah-tengah khutbahnya Nabi Musa a.s dihadapan Bani Israil itu ada salah seorang yang bertanya kepada Nabi Musa a.s,dengan pertanyaannya, sebagai berikut " WAHAI NABI MUSA, SIAPAKAH ORANGNYA YANG PALING PANDAI SEKARANG INI?"
Nabi Musa a.s menjawab," AKU LAH ORANG PALING PANDAI DIATAS BUMI INI"
Dengan pernyataan Nabi Musa inilah Allah Maha Mendengar siapa yang berkata baik dizahir maupun didalam hatinya.
Allah langsung menegur Nabi Musa As. Dengan firmanNya," MUSA, ANAA LI ABDAANI HUWA A'LAMU MINKA…"
Artinya :"Wahai Musa, Aku mempunyai hamba yang lebih pandai dari kamu…"
Seperti di panah petir disiang hari Nabi Musa mendapat teguran Allah, dan dengan tunduk berkata," Dimanakah kami dapat bertemu hambaMu yang lebih pandai dari aku?".
Kemudian Allah menjawab," HambaKu bisa ditemui disuatu tempat yang disebut MAJMA'AL BAHROIN".
Dari sinilah awal pencarian Nabi Musa a.s untuk bertemu hamba Allah yang lebih pandai dari nya yang kita kenal dengan Nama Nabi Khidir.
Kisah Nabi Musa AS berguru pada Nabi Khidir a.s
Firman Allah di dalam surah Al Kahfi ayat 54:
"Dan sesungguhnya Kami telah mengulang ulang bagi manusia di dalam Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan.Dan adalah manusia itu makhluk yang banyak membantah".
Nabi Musa AS bertanya kepada Tuhannya,"Ya Rabbii, kaifa lii bihii?"
Wahai Tuhanku bagaimanakah caranya aku menemui hambaMu yang lebih pandai dari aku itu…?.
Tuhan pun menjawab," Apabila kamu ingin bertemu hambaKu yang lebih pandai dari kamu maka dia tempatnya ada di Majma'al Bahroin itu adapun caranya yaitu kamu harus pergi kesana, tetapi bawahlah ikan yang telah mati(ikan laut) dan ikan itu kamu tempatkan dalam kepis(tempat ikan) dan jika sampai pada suatu tempat ikan tersebut menghilang dari tempatnya karena hidup kembali, maka disitulah tempatnya hambaKu yang lebih pandai dari kamu"
Kemudian Nabi Musa melakukan persiapan untuk pergi kesuatu tempat yang belum pernah ia ketahui yang namanya adalah Majma'al Bahroin. Nabi Musa pun pergi ke pasar untuk membeli ikan laut yang akan dijadikan bekal dan petunjuk dimana tempatnya hamba Allah yang lebih pandai darinya. Setelah mendapatkan ikan dan bekal yang cukup maka Nabi Musa a.s berangkat bersama seorang muridnya yang bernama Yusya. Yusya ditugaskan membawa bekal-bekal untuk perjalanan termasuk ikan yang ada dalam kepis.
"Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya,' aku tidak akan berhenti (berjalan), sebelum sampai ke Majma'al Bahroin (pertemuan dua lautan)atau aku akan berjalan sampai bertahun tahun'.(Al Kahfi ayat 60)
Dari ayat itu Nabi Musa a.s dan Yusya bertekad untuk berjalan meskipun bertahun tahun melalui pantai.
Dekat pertemuan dua lautan itu ada sebuah batu besar "Shokhro" (kalau batu kecil Hasho, batu sedang Hajarun).Di situ ada sumber air "MAUL HAYAT".
Air yang bila mengenai sesuatu yang telah mati bisa hidup kembali.Inilah perjanjian yang mesti dipegang oleh Nabi Musa As. Pesan Allah jika sampai ditempat air yang bila mengenai ikan yang akan dijadikan lauk dan boleh hidup lalu berenang ke laut itulah tandanya Majma'al Bahroin sudah dekat.
Sejak pagi kedua anak manusia itu berjalan tiada hentinya, dibawah terik matahari pun terus dijalaninya demi suatu ketinggian disisi Allah.
Nabi Musa a.s pun beristirahat dibalik bayangan batu besar Shokhro, dan terlelap tidur. Sedang pemuda Yusya tidak tertidur, ia menjaga Nabi Musa a.s yang terlelap keletihan keduanya lupa makan bekal yang telah disiapkan. Pada saat Nabi Musa tertidur,Yusya mengalami kejadian ajaib.Ikan yang akan dijadikan lauk itu melompat ke air dan hidup lalu berenang ke tengah lautan.Yusha terpinga pinga dengan keajadian ini.Yusha pun terlupa untuk menceritakan kejadian aneh ini kepada Nabi Musa a.s, sehingga keduanya terus berjalan kembali sampai jauh.Sampai suatu ketika Nabi Musa a.s teringat akan bekalan makanannya untuk dimakan maka dimintanya bekal yang dibawa olehYusya. Dan Yusya pun menceritakan tentang ikan yang secara aneh melompat ke laut dan berenang, sebagaimana dikhabarkan Allah dalam Qur'an surat Kahfi :
"Maka tatkala mereka sampai ke suatu pertemuan dua lautan itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka tatkala mereka telah berjalan lebih jauh, berkatalah Musa," Bawalah ke mari makanan kita sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini".
Lalu Muridnya menjawab,"Tahukah Wahai Nabi Musa, tatkala kita mencari tempat berlindung dibalik batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tiadalah yang melupakan aku untuk menceritakan kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalan ke laut dengan cara yang aneh sekali".
Maka Musa berkata," Itulah tempat yang kita cari". Lalu keduanya kembali mengikuti jejak kakinya semula.
Firman Allah:
Artinya : Maka (Musa dan Yusya) bertemu hambaKu diantara hamba-hambaku yang Aku beri RAHMAT khusus kepadanya dan yang Aku ajarkan kepada Ilmu dari Ilmu-Ilmu Allah ( Ilmu Laduni).(Al Kahfi ayat 65)
Setelah Nabi Musa AS bersama Yusya berjalan menyusuri tapak kaki mereka akhirnya sampai kembali ke tempat batu besar Shokhro yang didekatnya ada sumber air kehidupan (Maul Hayat) dan didekat batu itu telah ada seorang hamba Allah yang dijanjikan bertemu dengan Nabi Musa a.s.
Padahal pada kali yang pertama datang ditempat itu bahkan sampai tertidur lama ditempat itu tidak melihat hamba Allah tersebut.
Orang itu adalah Bunya putra Malkan bin Amir.Amir putra dari Sholikh putra Arfakhsyad putra dari Syam bin Nabi Nuh As.Bunya bin Malkan ini pada akhirnya dikenal oleh kita namanya Nabi Khidir, meskipun AlQur'an hanya menyebut secara umum " HambaKU diantara hambaKu yang telah mendapat RAHMAT khusus dan diajari Ilmu Allah langsung.
Setelah Nabi Musa a.s bertemu dengan Bunya maka Nabi Musa menyampaikan salam,Nabi Musa berkata," Saya ini Musa".Bunya kembali menegaskan," Apakah kau Musa bani Israil…?"Musa jawab," Ya, saya Musa bani Israil…"Bunya bertanya lagi," Musa ?, Bukankah kamu itu orang yang di Bani Israil orang sangat sibuk mengurus umat yang begitu banyak ? mengapa sampai disini ?"
Musa menjawab,"Wahai hamba Allah, memang aku datang ke tempat kamu ini diperintah Tuhanku untuk menemui kamu.Karena sesungguhnya Tuhanku menyuruh aku belajar Ilmu daripada kamu".
Setelah Musa berkata begitu, ada seekor burung menyahut air dilautan, lalu air itu menetes dihadapan Nabi Musa dan Bunya.Dan Bunya
pun berkata, " Musa,…ilmu saya dan ilmu kamu serta ilmu seluruh manusia di bumi ini dari awal sampai akhir itu hanyalah seperti setetes air yang jatuh dihadapan kita dari burung tadi dibanding dengan air lautan yang terbentang di muka bumi ini.
Dan kamu Musa bukankah pernah berkata bahwa INNAKA A'LAMU AHLAL ARDLI "Aku ini lebih pandai dari semua manusia di bumi."
Mendengar perkataan yang tajam seperti diatas Nabi Musa a.s terdiam saja, karena dalam hatinya mengiyakan bahwa dirinya pernah berkata begitu,yang dengan itulah membuat Allah menyuruhnya belajar kepada Bunya di tempat ini.
Setelah Nabi Musa merasa yakin dengan orang yang ada dihadapannya adalah orang di maksud oleh Tuhannya maka Nabi Musa pun memohon keredhaan kepada Bunya untuk berguru kepada nya dengan berkata :" Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepada ku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah Allah ajarkan pada kamu…"
Jawab hamba Allah itu," Sesungguhnya kamu Musa sekali kali tidak sanggup sabar bersama ku.Dan bagaimana kamu dapat bersabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu."
Musa pun menjawab," Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan tidak akan menentang kamu dalam sesuatu urusanpun"
Kemudian Nabi Musa bertanya, " Kalau aku sanggup mengikuti kamu, apakah persyaratannya ?"
Dan dijawab oleh Bunya,"Jika kamu mengikuti ku maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu."
Maka setelah Nabi Musa sepakat dengan Bunya kedua duanya pun berjalan menuju ke tepi laut.Sedang Yusya tidak ikut bersama Nabi Musa a.s dan Nabi Khidir a.s.
Nabi Khidir membocorkan Perahu
Keduanya naik kedalam perahu, yang kebetulan waktu itu ada perahu yang baru dan kuat sedang lewat, menyeberangkan orang-orang antara Lautan asin ke Lautan Tawar, antara Lautan Persia ke Lautan Romawi.Rupanya pengemudi/nahkoda perahu itu mengetahui bahwa terlihat olehnya kedua orang Musa dan Bunya adalah orang-orang bijaksana, maka tidak perlu membayar wang perahu. Ketika kedua orang itu dipersilahkan masuk dan duduk kemudian didalam perahu Bunya berkata kepada Musa dengan perkataannya, " Musa apakah kamu mau saya beri tahu cerita tentang kata-kata hati kamu sekarang?"Musa menjawab, "Ya…" Kemudian Bunya alias Nabi Khidir berkata," Hati kamu itu menggerutu dengan berkata,' bahwa saya di Bani Israil tidak seperti ini, saya setiap hari pagi siang dan petang menghadapi ummatku dan saya diikuti,ditaati mereka.Setiap hari saya membaca kitab Taurat" kemudian Nabi Musa berkata, " Ya, itulah apa yang saya katakan dalam hatiku".Demikian Nabi Khidir dianugerahi Allah boleh membaca/mendengar pembicaraan hati orang lain.
Ditengah-tengah pelayaran naik perahu tanpa bayaran itu Nabi Khidir a.s mengambil kapak dan papan kayu perahu dikapak sehingga airnya masuk kedalam perahu.
Firman Allah:" Hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melobanginya".(Al Kahfi ayat 71)
Mengetahui hal itu Nabi Musa a.s kehairanan sekali dan berkata dalam hatinya, "Naik perahu sudah tidak membayar, mestinya bersyukur malah tangannya dibuat merusak perahu. Kalau perahu ini jadi satu-satu nya sumber pencaharian sipemiliknya kan jadi menyusahkan dan orang-orang
yang dalam perahu itu bisa tenggelam semua. Setelah bicara dalam hati tidak tahan akhirnya Nabi Musa berkata,"Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menengelamkan penumpangnya…. Sesungguhnya kamu sudah berbuat kesalahan yang besar".(al Kahfi ayat 71)
Nabi Khidir pun menjawab,"Bukankah aku telah berkata sesunguhnya kamu sekali kali tidak akan sabar bersama dengan aku".(al Kahfi ayat 72)
Setelah itu Nabi Musa ingat kalau syaratnya mengikuti Nabi Khidir itu tidak boleh bertanya selama perjalanan itu.Kemudian Nabi Musa berkata lagi kepada nabi Khidir," Janganlah kamu menghukum saya karena kelupaanku, dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".(Al Kahfi ayat 73)
Perbuatan ganjil Kedua Yang dilihat Nabi Musa a.s.
Dan permohonan Nabi Musa a.s pun dikabulkan atas pelanggaran persyaratan utama jika seseorang hendak belajar Ilmu khusus, yakni mesti bersabar untuk tidak bertanya jika mendapati sesuatu yang diluar hukum biasa.
Setelah turun dari Kapal, Nabi Musa a.s dan Nabi Khidir a.s keduanya berjalan sampai pada suatu kampung namanya AILAH,lalu dikampung itu Nabi Khidir a.s dan Nabi Musa a.s bertemu dengan seorang anak laki-laki kecil yang sedang bermain. Anak laki-laki kecil ini sedang bermain dengan 10 anak lainnya.
Diantara sepuluh anak itu ada seorang anak laki-laki yang kacak rupawan yang namanya diketahui adalah "KHASNUD" bapaknya bernama MALASUN dan ibunya bernama RAHMATUN.Anak kecil itu ketika sedang bermain dipegang dan dibunuhnya oleh Nabi Khidir a.s.
Nabi Musa AS, yang telah faham hukum syariat/lahir pun sangat terkejut dan menahan diri untuk bertanya dengan lisannya dan berkata dalam hatinya, " Anak kecil yang belum punya dosa, belum baligh dibunuh?".
Begitulah didalam batin Nabi Musa a.s. terjadi pertentangan hebat dengan apa yang selama ini dia ketahui, akhirnya Nabi Musa pun tidak bisa menahan suara batinnya lalu berkata, " Mengapa kamu ( Nabi Khidir As ) membunuh jiwa yang bersih,bukan karena membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar"
Tetapi ternyata Nabi Musa As. telah melanggar dua kali atas persyaratan yang telah ditetapkan diawal pertemuan kedua mereka itu.Nabi Khidir pun berkata , " Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat bersabar
bersama ku?" Ketika Nabi Musa ditegur Nabi Khidir demikian Nabi Musa baru tersadar bahwa ia telah melanggar aturan belajar Ilmu Khusus
kepada Nabi Khidir a.s, lalu berkata, " Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku".Dan Nabi Khidir masih memaafkan Nabi Musa dan memberikan kesempatan satu kali lagi sesuai permintaan Nabi Musa AS.
Dan perjalananpun dilanjutkan ke kampung yang lain. Nabi Musa a.s terus mengingat ingat akan persyaratan belajar Ilmu pada Nabi Khidir a.s. Dan dia tinggal punya satu kesempatan lagi.
Kejadian ketiga ini dikisahkan setelah kedua hamba Allah itu berjalan sampai suatu kota yang diketahui bernama INTIQOYAH(dalam Qur'an disebut ATAYAA)
Ketika memasuki kota Intiqoyah Nabi Musa a.s dan Nabi Khidir a.s mendapati warga kota sedang menghidangkan makanan kepada para keluarganya.
Padahal Nabi Musa a.s dan Nabi Khidir a.s habis berjalan jauh seharian dalam kondisi letih ,lesu dan lapar dan lagi bekalan makanan telah habis selama perjalanan sebelumnya.Lalu Nabi Khidir mengajak Nabi Musa a.s bertamu dan ternyata tak ada satupun warga kota yang menerimanya, ditolak. Tak ada warga kota yang mau ditamui.
Akhirnya kedua hamba Allah itu berjalan terus dari rumah kerumah dan sampailah keduanya bertambah letih dan lesu maka keduanya istirahat di bawah bayangan tembok suatu rumah, dimana tinggi tembok itu 30 dziya' dan panjangnya 500 dziya' kondisinya sudah akan roboh.
Lalu Nabi Khidir a.s mengajak Nabi Musa a.s untuk menegakkan tembok yang akan roboh tersebut. Ketika Nabi Khidir a.s mengajak Nabi Musa AS untuk menegakkan tembok itu, Nabi Musa berkata, " Semua warga kota ini menolak ditamui dan tidak memberi makanan pada kita, tidak berperikemanusiaan, tetapi mengapa temboknya orang-orang yang demikian akan ditegakkan pada kita dalam kondisi haus lapar dan sangat letih. Kalau menegakkan dan diberi upah tidak apa-apa,bisa untuk menghilangkan lapar dan haus. Mestinya oran-gorang warga kota yang seperti itu tidak perlu kita berbuat baik pada mereka,apa perlunya menegakkan tembok, sedang orang-orangnya sangat tega terhadap kita".
Mendengar perkataan Nabi Musa a.s yang demikian Nabi Khidir tetap bekerja diatas rasa haus yang sangat dan lapar yang sangat lapar pula dan setelah itu Nabi Khidir berkata," Musa…!Saat inilah waktu kita pisah ( antara Nabi Musa a.s dan Nabi Khidir a.s ) dan sebelum berpisah dengan kamu akan saya ceritakan apa yang menjadi rahsia semuanya dari apa yang saya lakukan tadi. Dan akan saya ceritakan yang menjadikan kamu tidak bersabar".(Al Kahfi 78).
Demikian pula Nabi Musa a.s sangat sadar atas kesalahannya itu yang telah tanpa disadari berlaku tiga kali. Nabi Musa a.s sangat cukup mendapat pelajaran dari perjalanan ini.
Nabi Khidir Mengungkap Rahasia dibalik Tiga Peristiwa
Khidir berkata," Musa…! Saat inilah waktu kita pisah ( antara Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS ) dan sebelum pisah
dengan anda akan saya ceritakan apa yang menjadi rahsia semuanya dari apa yang saya lakukan tadi. Dan akan saya
ceritakan yang menjadikan kamu tidak bisa bersabar".(Al Kahfi 78).
Kemudian Nabi Khidir a.s, mengungkapkan rahasia yang terkandung dalam peristiwa yang telah terjadi itu.
"Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu karena dihadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiapbahtera ( secara paksa)".
Sesungguhnya Bahtera yang dirusak Nabi Khidir a.s itu bukanlah kepunyaan orang satu, melainkan milik orang-orang miskin yang lebih dari satu yaitu 10 orang.Dan perahu itu merupakan warisan dari orang tuanya serta hanya itu kepunyaan satu-satunya sebagai sumber mata pencarian 10 orang bersaudara, yaitu hasil menyeberangkan orang dengan perahu itu.Adapun dari sepuluh orang bersaudara yang dapat bekerja hanya lima orang, dan yang lima orang lagi tidak dapat bekerja,sebab yang lima orang itu dalam keadaan cacat anggota.
Rahsia Disebalik Periatiwa Nabi Khidir Membunuh Seorang Anak
Firman Allah:
"Dan adapun anak muda itu, maka kedua orang tuanya adalah orang-orang yang beriman, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran".(Al Kahfi ayat 80)
Anak muda yang dibunuh Nabi Khidir As atas perintah Tuhan (yang ia terima secara ghaib) adalah KHASNUD.Kampung dimana Nabi Khidir membunuh seorang anak muda adalah bernama KHASNUD adalah Kampung AILAH.Adapun nama bapanya anak itu adalah MALASUN dan ibunya bernama ROHMAH.
Bapanya seorang yang sholeh dan ibunya juga seorang yang Sholehah.Anak muda itu pekerjaan setiap malamnya adalah mencuri.Dan ketika hari telah pagi ditanya bapa atau ibunya ia menjawab," Sesungguhnya setiap malam saya ada disini, bapak,ibu."Anak muda itu mengaku tidak mencuri atau tidak keluar rumah.Namun orang tuanya tersebut sangat sayang kepada anak muda tersebut.
Dan Nabi Khidir melalui ilmunya mengetahui bahwa anak tersebut nantinya akan menjadi kafir, yang menyeret kedua orang tuanya yang sholeh kepada kekafiran." Itulah sebabnya anak itu saya bunuh" Kata Nabi Khidir kepada Nabi Musa.
Untuk membuktikan kepada Nabi Musa a.s, kemudian tulangnya anak tersebut diambil dan dipatahkan oleh Nabi Khidir a.s,lalu disuruh Nabi Musa As untuk membaca tulisan yang ada ditulang itu.Dan oleh Nabi Musa a.s terbaca apa tulisan yang ada ditulang anak itu yaitu, " KAFARO" (kafir). Anak tersebut nanti kalau dewasa sampai wafatnya akan kafir dan menyeret orangtuanya kepada kekafiran, sebab sangat cintanya kepada anaknya.Maka dari itulah Nabi Khidir a.s membunuh anak itu agar tidak banyak menyeret kedua orang tuanya berbuat kekafiran dan kemusyrikan.
Khidir AS Mengungkapkan Rahasia Menegakkan Tembok
Firman Allah:
"Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak muda yang yatim dikota Intiqoyah dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua. Sedang ayahnya adalah seorang yang sholeh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai Rahmat Tuhanmu,dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".(Al Kahfi ayat 82)
Sebagaimana keterangan terdahulu, di kota Intiqoyah itu ada orang sholeh (Ahli Ibadah kepada Allah SWT),namanya KASIKHUN, mempunyai dua orang anak. Anak pertama namanya ASROM dan anak nomor dua namanya SHORIM.Sewaktu kecil sudah ditinggal wafat kedua orangtuanya, sehingga kedua anak itu menjadi yatim. Dan Kasikhun itu mempunyai peninggalan emas yang dipendam dibawah tembok rumah, dengan harapan ada yang diberi tanggungjawab untuk mengurus harta itu, dengan maksud dari Kasikhun agar anaknya kelak setelah besar simpanan emas itu menjadi penghidupannya, ini dilakukan menjelang maut.Dan orang diberi tanggungjawab adalah orang yang dapat dipercaya.Sedangkan saudara-saudara bapanya itu ada tujuh orang.Lama kelamaan tembok rumah itu jadi akan roboh, padahal ASROM dan SHORIM masih kecil, maka emasnya akan terlihat dan dijadikan rebutan orang-orang Intiqoyah.
Dari dasar inilah adanya Nabi Khidir membangun kembali tembok yang sudah hampir roboh dan dibawahnya ada harta/emas anak yatim.
Friday, December 9, 2011
HIJRAH as a period of change.
Monday, October 31, 2011
Emotional rebellion
Tuesday, June 14, 2011
This version is to teach you how to- Live. Laugh. Love.
The kind of weather is so great today. School has been reopened yesterday. Welcome back to school, everyone! Hope it is a new, wonderful teaching and working experience for all.
Wednesday, June 8, 2011
Teacher grading papers
It is now the exam week. Teachers in school are busy marking exam papers. We have to key in students’ marks 2 weeks after the last day of exam. I started marking MCQs for Form 2 yesterday. It was difficult for me to describe the feeling. Most of them got less than 20 marks over 40. It was disastrous, indeed. The students’ comprehension level is very week. They need to do a lot of practice for objective questions. Most importantly, they have to use dictionary. Otherwise, they will not understand the terms stated in the question.
My Form 2 students are good students. I know that they tried their best even though not 100%. From what I have seen, they obey my instructions. I also teach Form 1 students. When I first teach Form 1 students, I take them as a measurement for me to evaluate my teaching performance. So far I can see that they understand and obey my advice. Alhamdulillah. But I need to get them to do a lot of practices. This is because, my school students are very dependent on their teachers. Most of them do not do revision at home. Therefore the teachers there have to be very dedicated if they want their students to be highly performed in academic.
As I marked students’ papers, I write down some of their common mistakes so that when I enter their classes, I can mention to them and make sure they have some rooms for improvement. Being a new teacher, especially in my first year is not simple. I need to write down so many things just to utter the right thing when I meet my students in class. The hardest is not to teach, but INCULCATE. When I talk to the students, my points have to be clear and precise. Since I am a language teacher, I am very particular with language. Most probably not all language teachers are like me. But I do. I am very sensitive with words. Every day I make sure I do not talk idly. I make sure I talk less. I make sure the right choice of words is used. Well, telling all these things here does not make me a good person. Nor my writing reflects the real me.
Overall, I find that it is enjoyable to be a teacher. But it is not as easy as ABC in years like this. Time changes. People change. Surroundings also change. New problems rise. New methods are born. Well. The truth is, any profession is pleasant. What matters most is how a person’s career shapes him or her. We only have two options in life. Good and bad. So when we do something, we ask ourselves, “Why are we doing this? Is it good for now and the Hereafter? Or is it bad?” Do we do it because we want to be acknowledged by others? It is as simple as that.
Well then. I think that’s all for now. I’ll write more when I feel like doing so. Happy holiday, everyone!